Mengunjungi Kepulauan Krakatau dengan Sejarah Bencana Letusan Gunung Berapi

Posted on

Pariwisata Indonesia

Siap Menuju Kepulauan Krakatau dengan Bencana Letusan Gunung Berapi

Berencana untuk berwisata atau jalan-jalan pasti kita ingin perjalanan yang mulus, akomodasi yang nyaman, hotel murah, makanan enak, tiket pesawat murah, dekat kemana-mana, dan bisa sewa motor atau mobil.

Daya tarik

Di Kepulauan Krakatau dengan Bencana Letusan Gunung Berapi, terdapat keindahan alam dan keunikan budaya masyarakat setempat. Ada banyak keunikan, mulai dari tingkat desa (desa), kecamatan (kecamatan), kabupaten (kabupaten), dan provinsi.

Di Indonesia, setiap provinsi memiliki karakteristik yang berbeda dan menarik. Setiap provinsi memiliki budaya dan gaya hidup yang berbeda dan unik.

Cagar Alam Kepulauan Krakatau adalah Situs Letusan Gunung Berapi yang Berbahaya

Pada sore 26 th  Agustus 1883 Gunung Krakatau meletus tiba-tiba dengan kekuatan dahsyat seperti yang booming nya bisa didengar di Burma untuk jauh Australia.

Keesokan harinya, material vulkanik dahsyat meletus begitu tinggi sehingga menyebabkan celah menganga di kawahnya dan gunung tersebut meledak dan tenggelam. Laut mendidih membawa gelombang tsunami besar setinggi lebih dari 10 meter, menghancurkan kota Banten dan Anyer di Jawa dan Lampung di Sumatera, memusnahkan seluruh penduduk mereka.

Gelombang tsunami menyebar ke seluruh Samudera Hindia, dan dikatakan bisa dirasakan bahkan sampai ke Prancis. Sedangkan abu vulkanik Krakatau dilaporkan mengelilingi atmosfer bumi, menciptakan matahari terbenam yang spektakuler di seluruh dunia selama dua tahun.

Saat ini, di mana pernah berdiri gunung berapi Krakatau yang perkasa, sejumlah pulau tropis kecil yang indah tersisa di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatera.

Kepulauan Krakatau terdiri dari Rakata atau Krakatau Besar (Krakatau Besar), Panjang atau Krakatau Kecil (Krakatau Kecil), Sertung dan  Anak Krakatau  (Anak Krakatau).

Sementara pulau Rakata, Sertung dan Panjang adalah sisa-sisa Gunung Krakatau purba, Anak Krakatau adalah gunung berapi aktif yang baru muncul pada tahun 1927 dan luar biasa, masih terus tumbuh akibat aktivitas vulkanik di bawahnya.

Secara administratif, Kepulauan Krakatau berada dalam wilayah Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Sumatera. Namun, nyatanya mereka merupakan bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon – Krakatau, yang diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.

Sebagai salah satu lokasi bencana alam paling dahsyat di dunia, Kepulauan Krakatau saat ini dianggap sebagai laboratorium alam yang sangat besar.

Dengan luas total 13.735,10 hektar, yang terdiri dari 11.200 hektar cagar alam laut dan 2.535,10 hektar cadangan tanah, Kepulauan Krakatau memiliki peran penting bagi para ilmuwan di bidang Geologi, Biologi, dan gunung berapi.

Namun, bagi pengunjung umum, pemandangan dan sejarah aktivitas gunung berapi yang luar biasa di pulau-pulau itu pasti sesuatu yang layak untuk dikunjungi.

Informasi tentang aksesibilitas dapat ditemukan tentang cara menuju ke sana. Syarat dan prosedur memasuki cagar alam tersedia di tips.

Menjejakkan kaki di gunung berapi aktif tentu merupakan sensasi yang unik, dan jika cukup beruntung, pengunjung dapat menyaksikan gunung berapi Anak Krakatau menampilkan sisi aktifnya.

“Lahir” pada tahun 1927, gunung muda tersebut masih sering mengeluarkan asap, lahar dan material vulkanik lainnya seiring dengan pertumbuhannya yang semakin tinggi.

Lingkungan laut di sekitar pulau menawarkan daya tarik tersendiri karena menampung tidak kurang dari 50 spesies ikan yang hidup di antara terumbu karangnya yang masih alami. Baca lebih lanjut tentang sejarah dramatis Gunung Krakatau di bawah Objek Wisata Terkait: Sejarah Krakatau.

Gugusan pulau beserta lingkungan lautnya ditetapkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda sebagai Cagar Alam sejak tahun 1919 dengan luas total 2.405,10 hektar.

Kepulauan Krakatau kemudian pada tahun 1984 dimasukkan ke dalam Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di bagian barat Jawa.

Pada tahun 1990, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan menugaskan pengelolaan Cagar Alam Kepulauan Krakatau ke  Balai Konservasi Sumber Daya Alam  atau Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung, Sumatera, dengan tujuan untuk melindungi dan melestarikan integritasnya sebagai situs konservasi penting untuk sains dan pendidikan. Pada tahun yang sama, kawasan cagar alam diperluas oleh Kementerian Kehutanan hingga mencakup total luas yang dikenal saat ini.

Pada tahun 1991, UNESCO mengakui Taman Nasional Ujung Kulon dan Cagar Alam Kepulauan Krakatau sebagai situs Warisan Dunia Alam UNESCO yang terintegrasi.

Krakatau juga biasa dikenal di dunia berbahasa Inggris sebagai Krakatau. Ini mungkin dikaitkan dengan sub-editor di “The Times” yang mungkin secara tipografis menukar ‘a’ dan ‘o’ dari ejaan Portugis saat dia menafsirkan laporan telegraf tentang letusan besar-besaran tahun 1883.

Lebih jauh lagi, film nominasi Academy Award 1969, “Krakatau, Jawa Timur”, – yang menyesatkan secara geografis, – juga membantu mempopulerkan salah eja Krakatau.

Program Vulkanik Global The Smithsonian Institution mengutip nama Indonesia, Krakatau, sebagai nama yang benar, tetapi ejaannya sebagai Krakatau juga sering digunakan.

Pemerintah menjaga kelestarian alam dan menjaga kondisi hutan dengan baik.

Lingkungan juga terjaga dengan baik.

Aktivitas

Mengunjungi Kepulauan Krakatau dengan Bencana Letusan Gunung Berapi, kita akan menyaksikan rutinitas aktivitas masyarakat dalam budaya tradisional yang unik. Serta terdapat hidangan dan makanan khas sebagai bagian dari wisata kuliner yang enak dan enak.

Mengagumi sisa-sisa Gunung Krakatau yang Perkasa, dan mengamati penerusnya “Anak Krakatau” tentunya merupakan aktivitas teratas dalam daftar prioritas Anda.

Selama berada di dalam kawasan, Anda juga dapat menjelajahi koleksi flora uniknya yang terdiri dari: 206 jenis  jamur , 13 jenis  lumut , 61 jenis  pteridophyta,  dan sekitar 257 jenis  spermatophyta .

Anda juga dapat menjumpai beberapa hewan yang menghuni dataran keras pulau vulkanik termasuk berbagai ular, kadal, penyu, kelelawar, dan lainnya. Berikut aktivitas lain yang bisa Anda lakukan di sekitar kompleks cagar alam:

Pulau Sertung

Di sini, selain mengagumi pemandangan yang menakjubkan, pengunjung bisa berenang, menyelam, dan berselancar di atas airnya.

Pulau Rakata (Krakatau Besar)

Pengunjung dapat menikmati panjat dinding yang ada sebagai tambahan untuk berbagai aktivitas air.

Pulau Panjang (Krakatau Kecil)

Di barat daya pulau ini Anda dapat menemukan terumbu karang yang masih alami beserta koleksi ikan dan biota laut lainnya yang indah.

Pulau Anak Krakatau

Daya tarik utama seluruh cagar alam, Anak Krakatau menawarkan sensasi tersendiri bagi ilmuwan dan pengunjung umum. Selain penelitian dan observasi ilmiah, pengunjung cukup menginjakkan kaki di pantai dan merasakan panasnya pasir vulkanik hitam di bawah kaki Anda. Cobalah mendaki gunung berapi baru ini ke puncak di mana Anda sekarang dapat menemukan vegetasi segar yang telah mulai tumbuh di tanah yang dulunya tandus ini.

Di tempat ini juga terdapat event atau kegiatan rutin yang diadakan setiap tahun baik nasional maupun internasional.

Aksesibilitas

Perjalanan menuju Kepulauan Krakatau dengan Bencana Letusan Gunung Berapi kini sangat mudah. Kita bisa masuk melalui berbagai moda transportasi.

Mengingat lokasinya yang sentral, Kepulauan Krakatau dapat diakses dari pulau Sumatera dan Jawa. Dari Sumatera pintu masuk utamanya adalah Bandar Lampung, ibu kota Lampung, sedangkan dari Jawa, cagar alam dapat diakses dari ibu kota negara Jakarta, melalui provinsi Banten.

Dari Bandar Lampung

Dari Bandar Lampung Anda bisa naik bus dari terminal Rajabasa atau Panjang ke arah Kalianda, kabupaten Lampung Selatan selama kurang lebih 45 menit.

Di sana Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan bus mini angkutan umum (Angkutan kota ) yang memakan waktu sekitar 10 menit ke Desa Canti. Setelah Anda berada di desa Canti, pergilah ke dermaga di mana Anda bisa menyewa kapal cepat (Jetfoil) atau perahu motor biasa.

Jika menggunakan kapal cepat, perjalanan akan memakan waktu kurang lebih 90 menit untuk sampai ke Cagar Alam Kepulauan Krakatau, sedangkan menggunakan kapal motor biasa perjalanan akan memakan waktu kurang lebih 150 menit.

Dari Jakarta

Cara tercepat menuju pulau-pulau dari Jakarta adalah dengan menyewa Jetfoil atau kapal cepat atau kapal pesiar dari Tanjung Priok Bay langsung ke Kepulauan Krakatau.

Jika Anda berjiwa petualang, Anda bisa mengambil rute angkutan umum. Mulailah dengan naik bus di Terminal Kalideres arah Pelabuhan Merak di Provinsi Banten yang akan memakan waktu kurang lebih 1,5 jam.

Dari Pelabuhan Merak Anda perlu naik kapal feri melintasi Selat Sunda yang akan membawa Anda ke Pelabuhan Bakauheni di Sumatera. Tergantung pada kondisi cuaca dan lalu lintas, perjalanan feri akan memakan waktu sekitar 1 hingga 2 jam.

Dari Pelabuhan Bakauheni Anda dapat menyewa angkutan umum yang akan membawa Anda ke Pelabuhan Tanjung Bom. Dari Tanjung Bom Anda bisa menemukan banyak perahu sewaan yang bisa mengantar Anda ke Pulau Sabesi sebagai titik transit sebelum menuju Pulau Krakatau. Dari Pulau Sabesi ke Kepulauan Krakatau sekitar 2 jam perjalanan dengan perahu.

Kondisi infrastruktur semakin membaik. Mulai dari jalan raya, bandara, jalan setapak, pelabuhan, jembatan, tangga, bahkan beberapa tempat bisa dijangkau dengan jalan tol.

Kita bisa berkunjung dengan pesawat, mobil, kapal, bus, sepeda motor dan sepeda. Suatu saat, kita bisa naik kereta. Kita juga bisa berjalan dengan bebas.

Kenyamanan

Di Kepulauan Krakatau dengan Bencana Letusan Gunung Berapi, seiring teknologi semakin baik. Lokasi mini market, toko (warung kedai), Money Changer, ATM, Bank BRI BCA BNI Mandiri, BTPN Bank Nagari BJB, supermarket, dan restoran dapat dengan mudah kita temukan. Jadi kita tidak akan kelaparan atau kekurangan barang yang diperlukan.

Saran Sebelum Mengunjungi:

Menurut Undang-Undang, pengunjung harus terlebih dahulu mendapatkan Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI ) sebelum mereka dapat memasuki Cagar Alam Krakatau.

Tanpa memegang SIMAKSI, mengunjungi Cagar Alam Krakatau merupakan tindakan ilegal. SIMAKSI Krakatau hanya bisa didapatkan di Badan Konservasi Sumber Daya Alam Lampung (BKSDA Lampung) dengan alamat kontak yang terdapat di halaman utama, atau untuk informasi lebih lanjut mengenai SIMAKSI bisa menghubungi:

Tn. Ari Rakatama, Telp: +62721 703882 atau +62813 69455403, Email: ari_raka@yahoo.com

Persyaratan Dokumen SIMAKSI Krakatau:

1. Tujuan Penelitian / Survei:

  • Surat lamaran
  • Fotokopi KTP / Paspor Pemohon
  • Daftar Nama dan Kebangsaan Semua Pengunjung
  • Proposal Riset / Survei

2. Tujuan Pendidikan:

  • Surat lamaran
  • Fotokopi KTP Pemohon
  • Sebutkan Nama dan Kebangsaan Semua Pengunjung

Semua persyaratan harus diserahkan ke BKSDA Lampung setidaknya tujuh hari sebelum masuk ke lokasi. Persyaratan lainnya akan ditentukan nanti setelah mempelajari kegiatan proposal, sesuai regulasi.

Jika Anda sakit dan membutuhkan pertolongan, Anda juga bisa mengunjungi klinik, apotek apotek (apotek), dokter praktik, rumah sakit, dan puskesmas.

Di tempat ini kita juga bisa mencari tempat ibadah seperti masjid, gereja, dan lain-lain.

Akomodasi

Mencari tempat menginap di Kepulauan Krakatau dengan Letusan Gunung Berapi Bencana sangatlah mudah. Kita bisa menginap di home stay, hotel, losmen, hostel dan tempat lainnya.

Untuk mendapatkan penginapan dengan harga yang murah dan pasti nyaman silahkan simak dibawah ini:

Booking.com

Pengalaman dan Ulasan

Sudah banyak pengunjung yang mengunjungi Kepulauan Krakatau dengan Bencana Letusan Gunung Berapi, banyak cerita menarik yang diceritakan. Seperti rasa puas, senang, mau datang lagi, tidur nyenyak, dan hampir tidak ada yang kecewa atau komplain datang kesini.

Jadi, pengunjung akan mengetahui bagaimana menemukan hotel terbaik, di mana tepatnya berada, mengapa luar biasa, berapa tarif dan tarifnya, siapa orangnya, siapa yang harus ditanyakan, dan kapan waktu terbaik untuk berkunjung.

Tempat wisata tersebut bisa kita kunjungi dari Tanjung Pinang, Tanjung Redep, Tanjung Selor, Tapak Tuan, Tarakan, Tarutung, Tasikmalaya, Muara Bungo, Muara Enim, Muara Teweh, Muaro Sijunjung, Muntilan, Nabire, Negara, Nganjuk,

That’s all the information we provided, hopefully useful.